Senin, 20 April 2009

Masuk Mikro, Perlu Dukungan Infrastruktur

Memasuki pembiayaan usaha mikro, perbankan syariah memerlukan strategi dan infrastruktur memadai. Usaha mikro memiliki layanan berbeda dan massal yang memerlukan dukungan infrastruktur.

Hal itu dinyatakan Kepala Divisi Riset dan Manajemen Proyek Karim Business Consulting, Alfi Wijaya. Menurut Alfi, karakteristik usaha mikro memerlukan kesiapan infrastruktur yang memadai. "Untuk masuk ke sana butuh waktu dan persiapan, seperti infrastruktur, kantor dan SDM," ujar Alfi kepada Republika, akhir pekan lalu. Jika bank berkomitmen untuk fokus ke sana, lanjut Alfi, setidaknya membutuhkan waktu antara 1-1,5 tahun untuk mempersiapkan infrastruktur teknologi, SDM, dan jaringan.

Dalam mengembangkan segmen pembiayaan ke mikro, menurut Alfi, juga diperlukan konsistensi dalam menjalankannya. Alfi mengatakan, tidak ada ruang untuk para pemain setengah hati atau medioker dalam bisnis mikro.
"Saat memutuskan masuk ke mikro jangan setengah-setengah karena dia mempunyai nature berbeda dengan sektor lainnya. Harus tetap dipertahankan dan jaga apa yang sudah ada,"ujar Alfi.

Alfi mengatakan, setidaknya ada lima hal yang membuat usaha mikro tetap menarik. Pertama, usaha mikro memiliki potensi pasar besar karena jumlahnya banyak dan terbukti usaha tersebut tetap bertahan dari krisis ekonomi. Kedua, margin pembiayaan bisa lebih tinggi dan menguntungkan bank dibanding pembiayaan lain. "Marginnya biasanya bisa sampai 15-16 persen. Menguntungkan buat bank,"kata Alfi.

Hal ketiga, usaha mikro tak terlalu sensitif terhadap pricing yang diberikan. Padahal jika dihitung itu memiliki persentase yang lebih tinggi. Keempat, loyalitas nasabah pun sangat tinggi. "Nasabah mikro, jika sudah percaya satu bank tidak akan pindah. Berbeda dengan korporasi yang memperhitungkan margin yang diberikan setiap bank,"kata Alfi. Hal terakhir yang membuat usaha mikro tetap menarik adalah dukungan regulator dan pemerintah kepada lembaga keuangan untuk membiayai segmen usaha mikro.

Untuk pembiayaan ke usaha mikro saat ini sebagian besar perbankan syariah menyalurkan melalui linkage program dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) atau Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Bank syariah yang saat ini fokus mengembangkan usaha mikro adalah Bank Mega Syariah (BMS) melalui Mega Mitra Syariah.

Direktur Bisnis BMS, Ani Murdiati, mengatakan, layanan yang diberikan melalui Mitra Mega Syariah memiliki proses cukup cepat, dimana dalam waktu empat hari uang akan cair. "Dalam memasarkan produk kita juga melakukan direct selling dengan mendatangi langsung para nasabah mikro,"kata Ani.

Mega Mitra memiliki dua produk yaitu M50 dan M500. M50 adalah pembiayaan di bawah Rp 50 juta dan non collateral, sementara M500 adalah pembiayaan maksimal Rp 500 juta dan harus memiliki jaminan. Hingga kuartal I tahun ini Mitra Mega menyumbang outstanding pembiayaan sebesar Rp 1,2 triliun dari total pembiayaan Rp 2,3 triliun. Per Maret 2009 BMS mencatat total asset Rp 3,3 triliun dan DPK Rp 2,9 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Subscribe to bisnis_syariah

Powered by us.groups.yahoo.com

Mau Klik Iklan diBayar Rupiah???